Film Boven Digoel Kisah Dokter Operasi
Dengan Silet
Jakarta, Target News
Ketika industri film nasional menggeliat dan jutaan
penonton mulai merangsek ke gedung bioskop membuat sineas daerah ingin
menikmati kue penonton. Salah satunya sineas asal Papua mulai menunjukan
eksistensinya di industri film Tanah Air.
Sebagai gebrakan perdana sineas asal Papua menggarap true
story bertajuk ‘Boven Digoel’
Film yang dibintangi aktris 6 Piala Citra Christine Hakim,
aktor muda berbakat Joshua Matulessy, dan para pemeran asli Papua seperti di
antaranya Edo Kondologit, Lala Suwages, Ira Dimara, Maria Fransisca, Juliana
Rumbarar, Ellen Aragay, Denny Imbiri, Echa Raweyai, Henry W. Muabuay, Bina
Rianto, Tiot Karubuy, Yoppy Papey, Serly Wayoi, Jack Wadon, Ellin, Rey,
Rossario Ivo dan Antonetta.
"Film ini sangat menginspirasi buat anak
bangsa yang ingin mengabdikan hidupnya untuk kemajuan saudaranya yang tinggal
di Indonesia bagian Timur. Ayo tonton biar kalian tahu betapa luasnya Indonesia,"
kata Christine Hakim usai nobar bareng awak media belum lama ini di Jakarta.
Karena film ini mengangkat kisah nyata, maka
lokasi syutingnya di Papua yang susah untuk dijangkau. “Team Produksi Film
‘Boven Digoel’ melakukan perjalanan dari kabupaten Merauke ke kabupaten Boven
Digoel yang ditempuh dengan perjalanan darat selama 10 jam. Lokasi shooting-nya
menggunakan set artistik yang riil dengan tempat kejadian di tahun 90-an, yaitu
berupa puskesmas yang dulu digunakan untuk operasi sesar menggunakan silet.
Christine Hakim mengungkapkan syuting film “Boven Digoel” dilakukan di
antaranya: Kampung Yahim Sentani, Danau Love Yoka Abepura, Bandara Ama Sentani,
Pelabuhan Jayapura, Kampung Netar Sentani, Pantai Kelapa Satu Merauke, Tanah
Merah Boven Digoel, Kampung Ampera Boven Digoel, Wilayah Wet Boven Digoel dan
Pelabuhan Boven Digoel. “Syutingnya dilakukan selama kurang lebih 20 hari,“
ungkapnya penuh semangat.
Film ini berkisah tentang Dokter John Manangsang (Joshua Matulessy), yang bertugas di salah satu puskesmas di Tanah Merah, Boven Digoel, Ia bersama stafnya harus melakukan operasi sesar terhadap Agustina, yang telah melahirkan sembilan kali. Tragisnya, Puskesmas Tanah Merah tidak mempunyai sarana dan tenaga kesehatan yang memadai untuk operasi ini. John memerintahkan Bidan Anthoneta dan Suster Lidia untuk pergi ke Perum Telkom guna melakukan sterilisasi alat-alat operasi, karena listrik di Puskesmas baru menyala malam hari. Suster Ancelina ditugaskan menyiapkan kamar ruang operasi. John sendiri harus pergi ke gudang penyimpanan obat di susteran. Sesampai di gudang, John diberitahu bahwa pintu terkunci, dan kunci dibawa oleh suster ke Merauke. Setelah mengambil cairan obat bius di rumahnya yang berjarak satu kilometer dari puskesmas dengan berjalan kaki, Ketika tiba di puskesmas, Mantri Thomas memberitahu kalau pisau operasi sudah habis. John lalu memberikan uang seratus ribu rupiah untuk membeli silet. Bidan Anthoneta dan Suster Lidia disuruh merebus alat-alat operasi dengan menggunakan kayu bakar. Tepat pukul 10.10 WIT, operasi sesar terhadap Ibu Agustina dilaksanakan dengan silet. (Buyil)
Film ini berkisah tentang Dokter John Manangsang (Joshua Matulessy), yang bertugas di salah satu puskesmas di Tanah Merah, Boven Digoel, Ia bersama stafnya harus melakukan operasi sesar terhadap Agustina, yang telah melahirkan sembilan kali. Tragisnya, Puskesmas Tanah Merah tidak mempunyai sarana dan tenaga kesehatan yang memadai untuk operasi ini. John memerintahkan Bidan Anthoneta dan Suster Lidia untuk pergi ke Perum Telkom guna melakukan sterilisasi alat-alat operasi, karena listrik di Puskesmas baru menyala malam hari. Suster Ancelina ditugaskan menyiapkan kamar ruang operasi. John sendiri harus pergi ke gudang penyimpanan obat di susteran. Sesampai di gudang, John diberitahu bahwa pintu terkunci, dan kunci dibawa oleh suster ke Merauke. Setelah mengambil cairan obat bius di rumahnya yang berjarak satu kilometer dari puskesmas dengan berjalan kaki, Ketika tiba di puskesmas, Mantri Thomas memberitahu kalau pisau operasi sudah habis. John lalu memberikan uang seratus ribu rupiah untuk membeli silet. Bidan Anthoneta dan Suster Lidia disuruh merebus alat-alat operasi dengan menggunakan kayu bakar. Tepat pukul 10.10 WIT, operasi sesar terhadap Ibu Agustina dilaksanakan dengan silet. (Buyil)
0 komentar:
Posting Komentar