Bungaisa Nenek 70 Tahun Terharu Terima Bantuan Hj.
Suraida
Mamuju, Target News
Seumur-umur
katanya Bungaisa nenek 70 tahun belum ada pembesar di negeri ini mengulurkan
tangan untuk meringankan beban hidupnya, mungkin karena tinggal di rumah kumuh
yang tidak layak huni. Ia selalu berharap bantuan dari pemerintah, seperti
lainnya. Namun akhirnya Bungaisa beserta cucu tercintanya bisa berlegah hati
karena mendapatkan bantuan dari Ketua DPRD Kab. Mamuju Hj. Suraida
Suhardi.
Kehadiran Ketua
DPRD Kab. Mamuju itu beserta jurnalis dari organisasi IWO (Ikatan Wartawan
Online) membuat nenek dengan cucu-cucunya terharu meneteskan air matanya, dan
tak lupa memanjatkan puji syukur kepada Tuhan.
Karena tak
menyangka kalau ada pejabat berhati mulia seperti Hj. Suraida Suhardi dengan ‘ringan
tangan’ membantu sesamanya, apalagi
nenek Bungaisa yang notabene kaum
papa katanya.
Bungaisa
saat di kediamannya, menuturkan bahwa dirinya telah mendapatkan bantuan dari Ketua
DPRD Kab. Mamuju Hj. Suraida Suhardi bersama Tim IWO Sulawesi Barat. "Saya
dapat bantuan nak dari ibu Ketua DPRD Kab. Mamuju. Dan Alhamdulilla saya sangat
bersyukur sekali seandainya bukan Bu Haji yang bantu saya tadi, kemungkin saya
lapar lagi sebentar malam, karena tidak ada mi dan berasku," tandas nenek
yang tinggal di rumah gubuk dengan perasaan senang kepada media ini, Senin 9/10/2017.
Sementara
itu Amir tetangga mengungkapkan bahwa apa yang diberikan oleh Ketua DPRD Kab.
Mamuju tadi merupakan rezki yang baru pertama kali oleh Bungaisa selama
hidupnya, sehingga saat Ketua DPRD Kab. Mamuju pulang dari rumahnya, Bungaisa
nenek 70 tahun itu menangis dan selalu melihat bantuan yang di berikannya itu,
seraya bersyukur.
"Nenek
itu selalu lihat bantuannya, sambil menangis karana dia baru pertama kalinya
dalam hidup dapatkan rezki seperti itu," kata Amir yang selalu melihat
aktivitas sehari-harinya.
Lanjut Amir , nenek Bungasia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari bersama ketiga cucunya ia terpaksa harus membuat atap dari daun nipa lalu menjualnya dengan harga Rp 2.500 perlembar. Terkadang dari jajakan tidak laku, terpaksa ia harus bersabar bersama tiga cucunya hingga menunggu esok harinya lagi. (Musraho)
Lanjut Amir , nenek Bungasia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari bersama ketiga cucunya ia terpaksa harus membuat atap dari daun nipa lalu menjualnya dengan harga Rp 2.500 perlembar. Terkadang dari jajakan tidak laku, terpaksa ia harus bersabar bersama tiga cucunya hingga menunggu esok harinya lagi. (Musraho)
0 komentar:
Posting Komentar