Senin, 02 Oktober 2017

Kades Labuaja Diduga Ambil Jatah Sapi Kelompok Tani

Kades Labuaja Diduga Ambil Jatah Sapi Kelompok Tani

Bone, Target News
Banyaknya oknum mengambil peran dalam pembagian bantuan bibit sapi dari Dinas Peternakan Prov. Sulsel mengakibatnya semrawutnya distribusi bantuan bibit sapi yang bergulir di Kabupaten Bone, utamanya di Desa Labuaja Kec. Kahu. Katanya ketika itu yang berperan oknum mantan pejabat Provinsi Sulsel berinisial AS dan anggota dewan Kab. Bone AP.
Dari penyaluran bantuan bibit sapi Pemerintah Provinsi Sulsel di Desa Labuaja Tahun 2009 ke sejumlah kelompok tani sebanyak 25 ekor sapi, lewat berbagai komunitas politik yang notabene  dekat dengan sumbu pemerintahan provinsi.
Pendekatan ini juga mengakibatkan tersumbatnya saluran bantuan bibit sapi bergulir ke kelompok petani yang lain atau petani yang berhasil kembang biakkan pada kenyataannya di lapangan tidak berjalan semestinya (pengembangan tidak ada katanya).
Menurut Andi Darlis Petta Selo, tokoh masyarakat Desa Labuaja bahwa pola pembagian sapi karena hubungan emosional saja, tanpa melihat yang lebih memerlukan dan proporsional untuk memiliki sapi. Akhirnya sistem pendataan, terlampau kacau di Desa Labuaja Kec. Kahu Kab. Bone, tanpa mengindahkan akibat yang ditimbulkan di belakang hari katanya.
Andi Darlis sebutkan, sejak Tahun 2009 hingga kini kurang lebih lima puluh (50) ekor sapi diambil oleh oknum Kepala Desa Labuaja, dengan variasi pengambilan sapi pada setiap petani. Tersebutlan inisial Is yang sudah tiga(3) ekor diambil oleh oknum aparat desa Labuaja, juga AU tak luput diambil sapinya tiga (3) ekor. Yang terakhir diambil satu(1) ekor katanya, adalah ML diduga untuk keperluan pengantin keluarganya Andi Amiruddin Kades Labuaja.
“Sebenarnya sudah lebih dari lima puluh (50) ekor sapi yang sudah diambil, bisa jadi ada 70 ekor sapi. Bayangkan rata-rata 3 ekor sapi saja selama 16 tahun dari Tahun 2009. Akunya petani pemelihara sapi bantuan, katanya sapinya petta desa yang dipeliharakan,” jelas Andi Darlis panjang lebar di Warkop dTuo Palattae Minggu malam pekan lalu.
Halnya Andi Fatwal sebagai wiraswasta fotografi yang juga masyarakat Desa Labuaja, katanya beberapa kali membantu mencetakkan foto-foto sapi yang sudah mati di Desa Labuaja, sebagai bukti pertanggungjawaban ke pemerintah.
“Termasuk foto sapinya yang mati mantan Sekdes Labuaja Pak Jamaluddin. Pokoknya, tidak terhitung lagi foto-foto saya cetakkan untuk keperluan sebagai pelaporan ke instansi terkait,” tutur Andi Fatwal dengan sangat meyakinkan.
Terkait dengan hal di atas, pihak redaksi mencoba mengkonfirmasi ke pihak Bidang Produksi Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan di Jl. Veteran Selatan, ternyata yang berwenang Ibu Rahma dan rekan-rekan Bidang Produksi tidak ada di tempat, katanya lagi studi banding di Lombok Prov. NTB.
Sementara saat diklarafikasi ke Andi Amiruddin, Kades Labuaja Senin(27/9) siang via telepon genggamnya ketika berada di Bonto Cani dalam rangkan mencari material bangunan katanya, ia membantah keras dan mengatakan semuanya itu tidak benar.
Kemudian mencoba meminta data yang dimilikinya, tapi sayang seribu  sayang berkali-kali menunda-nunda pertemuan, baik di Kec. Kahu ketika itu, maupun saat di Makassar pada hari Rabu tidak pernah ada pemberitahuan, soal data-data yang dimilikinya, hingga berita ini diturunkan. Begitupun ketika mendatangi kantor desa, tidak pernah berhasil ketemu.
“Saya tahu, siapa yang laporkan itu. Semua tuduhannya tidak benar, jangan dibuat beritanya sebelum datanya saya perlihatkan karena tidak bisa menghapalnya semua. Nanti saya naik ke Makassar hari Rabu, sekalian saya bawa data-datanya. Yang saya tahu, sudah ada lima (5) petani menyetor dua (2) ekor sapinya, berarti sudah  sepuluh (10). Lain yang satu, satu...Sebenarnya sudah ada dua puluh ekor sapi yang disetor petani, dan itu diketahui oleh Pak Kamaruddin di Dinas Peternakan Kabupaten,” jelas Andi Amiruddin yang kurang puas dengan penjelasannya lewat handphone-nya. 
Lanjutnya, masih mending dengan Desa Labuaja dua puluh lima(25) ekor sapi masih terdata dengan baik, dan berhasil disalurkan ke beberapa petani lain yang memerlukan. Tentu katanya ada pengembangan di Desa Labuaja, meski ada petani pemelihara yang belum memberikan hasil pengembangbiakannya, seperti yang tercantum dalam kontrak, dua(2) ekor sapi disetor baru dianggap diambil oleh petani induknya.
Lebih jauh dituturkannya, “Saya dengar-dengar di Patimpeng sebanyak lima puluh(50) ekor bibit sapi bantuan yang disalurkan, katanya saya dengar tidak ada induknya (hilang). Hingga sekarang tidak ada terdengan pengembangan sapi dari bantuan bibit yang diberikan ke petani,” ungkap Andi Amiruddin membanding-bandingkan program bantuan bibit sapi dari pemerintah dengan desa tetangganya.(Darwis Makaronda/Andi Syahruddin)


0 komentar:

Posting Komentar