Kades Labuaja Diduga Ambil Jatah
Sapi Kelompok Tani
Bone, Target News
Banyaknya oknum
mengambil peran dalam pembagian bantuan bibit sapi dari Dinas Peternakan Prov.
Sulsel mengakibatnya semrawutnya distribusi bantuan bibit sapi yang bergulir di
Kabupaten Bone, utamanya di Desa Labuaja Kec. Kahu. Katanya ketika itu yang
berperan oknum mantan pejabat Provinsi Sulsel berinisial AS dan anggota dewan
Kab. Bone AP.
Dari
penyaluran bantuan bibit sapi Pemerintah Provinsi Sulsel di Desa Labuaja Tahun
2009 ke sejumlah kelompok tani sebanyak 25 ekor sapi, lewat berbagai komunitas
politik yang notabene dekat dengan sumbu pemerintahan provinsi.
Pendekatan
ini juga mengakibatkan tersumbatnya saluran bantuan bibit sapi bergulir ke
kelompok petani yang lain atau petani yang berhasil kembang biakkan pada
kenyataannya di lapangan tidak berjalan semestinya (pengembangan tidak ada katanya).
Menurut Andi
Darlis Petta Selo, tokoh masyarakat Desa Labuaja bahwa pola pembagian sapi
karena hubungan emosional saja, tanpa melihat yang lebih memerlukan dan
proporsional untuk memiliki sapi. Akhirnya sistem pendataan, terlampau kacau di
Desa Labuaja Kec. Kahu Kab. Bone, tanpa mengindahkan akibat yang ditimbulkan di
belakang hari katanya.
Andi Darlis
sebutkan, sejak Tahun 2009 hingga kini kurang lebih lima puluh (50) ekor sapi
diambil oleh oknum Kepala Desa Labuaja, dengan variasi pengambilan sapi pada setiap
petani. Tersebutlan inisial Is yang sudah tiga(3) ekor diambil oleh oknum
aparat desa Labuaja, juga AU tak luput diambil sapinya tiga (3) ekor. Yang
terakhir diambil satu(1) ekor katanya, adalah ML diduga untuk keperluan
pengantin keluarganya Andi Amiruddin Kades Labuaja.
“Sebenarnya
sudah lebih dari lima puluh (50) ekor sapi yang sudah diambil, bisa jadi ada 70
ekor sapi. Bayangkan rata-rata 3 ekor sapi saja selama 16 tahun dari Tahun
2009. Akunya petani pemelihara sapi bantuan, katanya sapinya petta desa yang
dipeliharakan,” jelas Andi Darlis panjang lebar di Warkop dTuo Palattae Minggu
malam pekan lalu.
Halnya Andi
Fatwal sebagai wiraswasta fotografi yang juga masyarakat Desa Labuaja, katanya
beberapa kali membantu mencetakkan foto-foto sapi yang sudah mati di Desa
Labuaja, sebagai bukti pertanggungjawaban ke pemerintah.
“Termasuk
foto sapinya yang mati mantan Sekdes Labuaja Pak Jamaluddin. Pokoknya, tidak
terhitung lagi foto-foto saya cetakkan untuk keperluan sebagai pelaporan ke
instansi terkait,” tutur Andi Fatwal dengan sangat meyakinkan.
Terkait
dengan hal di atas, pihak redaksi mencoba mengkonfirmasi ke pihak Bidang Produksi
Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan di Jl. Veteran Selatan, ternyata
yang berwenang Ibu Rahma dan rekan-rekan Bidang Produksi tidak ada di tempat,
katanya lagi studi banding di Lombok Prov. NTB.
Sementara saat
diklarafikasi ke Andi Amiruddin, Kades Labuaja Senin(27/9) siang via telepon
genggamnya ketika berada di Bonto Cani dalam rangkan mencari material bangunan katanya,
ia membantah keras dan mengatakan semuanya itu tidak benar.
Kemudian
mencoba meminta data yang dimilikinya, tapi sayang seribu sayang berkali-kali menunda-nunda pertemuan,
baik di Kec. Kahu ketika itu, maupun saat di Makassar pada hari Rabu tidak
pernah ada pemberitahuan, soal data-data yang dimilikinya, hingga berita ini
diturunkan. Begitupun ketika mendatangi kantor desa, tidak pernah berhasil
ketemu.
“Saya tahu,
siapa yang laporkan itu. Semua tuduhannya tidak benar, jangan dibuat beritanya
sebelum datanya saya perlihatkan karena tidak bisa menghapalnya semua. Nanti
saya naik ke Makassar hari Rabu, sekalian saya bawa data-datanya. Yang saya
tahu, sudah ada lima (5) petani menyetor dua (2) ekor sapinya, berarti
sudah sepuluh (10). Lain yang satu,
satu...Sebenarnya sudah ada dua puluh ekor sapi yang disetor petani, dan itu
diketahui oleh Pak Kamaruddin di Dinas Peternakan Kabupaten,” jelas Andi
Amiruddin yang kurang puas dengan penjelasannya lewat handphone-nya.
Lanjutnya,
masih mending dengan Desa Labuaja dua puluh lima(25) ekor sapi masih terdata
dengan baik, dan berhasil disalurkan ke beberapa petani lain yang memerlukan.
Tentu katanya ada pengembangan di Desa Labuaja, meski ada petani pemelihara
yang belum memberikan hasil pengembangbiakannya, seperti yang tercantum dalam
kontrak, dua(2) ekor sapi disetor baru dianggap diambil oleh petani induknya.
Lebih jauh
dituturkannya, “Saya dengar-dengar di Patimpeng sebanyak lima puluh(50) ekor
bibit sapi bantuan yang disalurkan, katanya saya dengar tidak ada induknya
(hilang). Hingga sekarang tidak ada terdengan pengembangan sapi dari bantuan
bibit yang diberikan ke petani,” ungkap Andi Amiruddin membanding-bandingkan
program bantuan bibit sapi dari pemerintah dengan desa tetangganya.(Darwis Makaronda/Andi Syahruddin)
0 komentar:
Posting Komentar